Memahami pengertian taktik pembelajaran sanggup dirunut dari pengertgian kata taktik dan pembelajaran. Penggunaan istilah taktik pada awalnya digunakan dalam lingkungan militer, kini ini digunakan hampir dalam banyak sekali bidang dengan esensi makna yang cenderung sama.
Istilah strategi, berdasarkan Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1998/1999) berasal dari kata strategos atau strategus (Yunani) yang mengandung arti jenderal atau dalam hal ini perwira negara (state officer) yang bertanggung jawab merencanakan suatu taktik dan mengarahkan pasukannya untuk mencapai kemenangan perang. Dalam bahasa Inggris, berdasarkan Echols dan Hasan Shadily (2003) kata “strategy“ berarti 1) strategi, ilmu siasat (perang), 2) siasat, akal.
Secara spesifik, Shirley (1980) merumuskan pengertian taktik sebagai keputusan-keputusan bertindak yang diarahkan dan keseluruhannya dibutuhkan untuk mencapai tujuan, sementara J. Salusu (1996) mengartikan taktik sebagai suatu seni memakai kecakapan dan sumber daya untuk mencapai sasarannya melalui kekerabatan yang efektif dengan lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan.
Kedua pendapat hebat tersebut meskipun formulasinya berbeda tetapi kedua-duanya mengungkapkan bahwa konsep taktik berafiliasi dengan upaya pencapaian tujuan.
Dalam konteks pembelajaran, taktik diartikan oleh Gilstrap dan Martin (1975) sebagai “pattern of teacher behavior thar are recurrent, applicable to various subject matters, characteristics of more that one teacher, and relevant learning”. Pengertian yang relative sama dikemukakan oleh T. Raka Joni (1980) yang mendefinisikan taktik belajar-mengajar sebagai referensi umum perbuatan guru murid di dalam perwujudan aktivitas belajar-mengajar yang menunjuk kepada karakteristik ajaib dari pada rentetan perbuatan guru-murid tersebut.
Pengertian lain dikemukakan oleh Sudijarto (1990) yang mendefinisikan taktik belajar-mengajar sebagai “upaya memilih, menyusun, dan memobilisasi segala cara, sarana/prasarana dan tenaga untuk membuat sistem lingkungan untuk mencapai perubahan sikap optimal.
Menurut Moedjiono (1992/1993) taktik belajar-mengajar mempunyai dua dimensi yaitu dimensi perancangan dan dimensi pelaksanaan. Strategi berguru mengajar pada dimensi perancangan merupakan pemikiran dan pengupayaan secara strategis untuk merumuskan, menentukan dan/atau memutuskan aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem instruksional sehingga sanggup konsisten antara aspek-aspek tersebut.
Strategi berguru mengajar pada dimensi pelaksanaan merupakan pemikiran dan pengupayaan secara strategis dari seorang guru untuk memodifikasi dan/atau menyelaraskan aspek-aspek pembentuk sistem instruksional (yang telah ditentukan dalam dimensi perancangan sebelumnya) jikalau kondisi atau suasana faktual di kelas menghendakinya.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas sanggup disimpulkan bahwa konsep taktik pembelajaran mengandung makna yang multi dimensi dalam arti sanggup ditinjau dari banyak sekali segi, yaitu :
Istilah strategi, berdasarkan Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1998/1999) berasal dari kata strategos atau strategus (Yunani) yang mengandung arti jenderal atau dalam hal ini perwira negara (state officer) yang bertanggung jawab merencanakan suatu taktik dan mengarahkan pasukannya untuk mencapai kemenangan perang. Dalam bahasa Inggris, berdasarkan Echols dan Hasan Shadily (2003) kata “strategy“ berarti 1) strategi, ilmu siasat (perang), 2) siasat, akal.
Secara spesifik, Shirley (1980) merumuskan pengertian taktik sebagai keputusan-keputusan bertindak yang diarahkan dan keseluruhannya dibutuhkan untuk mencapai tujuan, sementara J. Salusu (1996) mengartikan taktik sebagai suatu seni memakai kecakapan dan sumber daya untuk mencapai sasarannya melalui kekerabatan yang efektif dengan lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan.
Kedua pendapat hebat tersebut meskipun formulasinya berbeda tetapi kedua-duanya mengungkapkan bahwa konsep taktik berafiliasi dengan upaya pencapaian tujuan.
Dalam konteks pembelajaran, taktik diartikan oleh Gilstrap dan Martin (1975) sebagai “pattern of teacher behavior thar are recurrent, applicable to various subject matters, characteristics of more that one teacher, and relevant learning”. Pengertian yang relative sama dikemukakan oleh T. Raka Joni (1980) yang mendefinisikan taktik belajar-mengajar sebagai referensi umum perbuatan guru murid di dalam perwujudan aktivitas belajar-mengajar yang menunjuk kepada karakteristik ajaib dari pada rentetan perbuatan guru-murid tersebut.
Pengertian lain dikemukakan oleh Sudijarto (1990) yang mendefinisikan taktik belajar-mengajar sebagai “upaya memilih, menyusun, dan memobilisasi segala cara, sarana/prasarana dan tenaga untuk membuat sistem lingkungan untuk mencapai perubahan sikap optimal.
Menurut Moedjiono (1992/1993) taktik belajar-mengajar mempunyai dua dimensi yaitu dimensi perancangan dan dimensi pelaksanaan. Strategi berguru mengajar pada dimensi perancangan merupakan pemikiran dan pengupayaan secara strategis untuk merumuskan, menentukan dan/atau memutuskan aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem instruksional sehingga sanggup konsisten antara aspek-aspek tersebut.
Strategi berguru mengajar pada dimensi pelaksanaan merupakan pemikiran dan pengupayaan secara strategis dari seorang guru untuk memodifikasi dan/atau menyelaraskan aspek-aspek pembentuk sistem instruksional (yang telah ditentukan dalam dimensi perancangan sebelumnya) jikalau kondisi atau suasana faktual di kelas menghendakinya.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas sanggup disimpulkan bahwa konsep taktik pembelajaran mengandung makna yang multi dimensi dalam arti sanggup ditinjau dari banyak sekali segi, yaitu :
- Pada dimensi perancangan, pengertian taktik pembelajaran yakni pemikiran dan pengupayaan secara strategis dalam memilih, menyusun, memobilisai, dan mensinergikan segala cara, sarana atau prasarana, dan sumber daya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
- Pada dimensi pelaksanaan, taktik pembelajaran merupakan:
- keputusan bertindak secara strategis dalam memodifikasi dan menyelaraskan komponen-komponen sistem instruksional (yang telah ditetapkan pada dimensi perancangan) untuk lebih mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran
- pola umum perbuatan guru-murid dalam perwujudan aktivitas belajar-mengajar yang menunjuk pada karakteristik ajaib dari pada rentetan perbuatan guru-murid dalam insiden belajar-mengajar.
0 Response to "Pengertian Taktik Pembelajaran Berdasarkan Para Jago"
Post a Comment