Gejala - tanda-tanda peyakit diare (Widjaja, 2000) ialah sebagai berikut:
Epidemiologi penyakit diare
Menurut Depkes RI (2005), epidemiologi penyakit diare ialah sebagai berikut:
a. Penyebaran basil yang mengakibatkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui masakan atau minuman yang terkotori tinja dan ataukontak eksklusif dengan tinja penderita. Beberapa sikap sanggup mengakibatkan penyebaran basil enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tida k menawarkan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan, memakai botol susu, menyimpan masakan masak pada suhu kamar, memakai air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan setelah buang air besar atau setelah membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak membuang tinja dengan benar.
b. Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Faktor pada pejamu yang sanggup meningkatkan insiden, beberapa penyakit dan lamanya diare. Faktor - faktor tersebut ialah tidak menawarkan ASI hingga umur 2 tahun, kurang gizi, campak, imunodefisiensi atau imunosupresi dan secara proposional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.
c. Faktor lingkungan dan sikap
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air higienis dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan sikap manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat alasannya ialah terkotori basil diare serta berakumulasi dengan sikap yang tidak sehat pula, yaitu melalui masakan dan minuman, sehingga sanggup menimbulkan timbulnya insiden diare.
Demikian gejala dan epidemiologi penyakit diare. Mengetahui tanda-tanda penyakit diare akan memudahkan dalam upaya menentukan tindakan yang sempurna dalam penanganannya. Baca juga 4 faktor penyebab penyakit diare.
- Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun meninggi,
- Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah,
- Warna tinja kehijauan akhir bercampur dengan cairan empedu,
- Lecet pada anus,
- Gangguan gizi akhir intake (asupan) masakan yang kurang,
- Muntah sebelum dan setelah diare,
- Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah), dan
- Dehidrasi (kekurangan cairan).
Epidemiologi penyakit diare
Menurut Depkes RI (2005), epidemiologi penyakit diare ialah sebagai berikut:
a. Penyebaran basil yang mengakibatkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui masakan atau minuman yang terkotori tinja dan ataukontak eksklusif dengan tinja penderita. Beberapa sikap sanggup mengakibatkan penyebaran basil enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tida k menawarkan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan, memakai botol susu, menyimpan masakan masak pada suhu kamar, memakai air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan setelah buang air besar atau setelah membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak membuang tinja dengan benar.
b. Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Faktor pada pejamu yang sanggup meningkatkan insiden, beberapa penyakit dan lamanya diare. Faktor - faktor tersebut ialah tidak menawarkan ASI hingga umur 2 tahun, kurang gizi, campak, imunodefisiensi atau imunosupresi dan secara proposional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.
c. Faktor lingkungan dan sikap
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air higienis dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan sikap manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat alasannya ialah terkotori basil diare serta berakumulasi dengan sikap yang tidak sehat pula, yaitu melalui masakan dan minuman, sehingga sanggup menimbulkan timbulnya insiden diare.
Demikian gejala dan epidemiologi penyakit diare. Mengetahui tanda-tanda penyakit diare akan memudahkan dalam upaya menentukan tindakan yang sempurna dalam penanganannya. Baca juga 4 faktor penyebab penyakit diare.
0 Response to "Gejala Dan Epidemiologi Penyakit Diare"
Post a Comment